Koran Musi, Ogan Ilir – Sebuah gudang penyimpanan minyak ilegal di Kelurahan Pegayut, Ogan Ilir, diduga beroperasi dengan omset mencapai ratusan juta rupiah per hari. Keberadaannya menimbulkan kekhawatiran warga setempat akan potensi kebakaran dan ancaman keselamatan.
Salah satu warga, Bur (40), warga Pegayut yang rumahnya berbatasan langsung dengan gudang tersebut, mengaku aktivitas ilegal ini telah berlangsung lebih dari dua tahun. “Kami terus terganggu. Dulu pernah terjadi kebakaran, dan kami khawatir kejadian serupa terulang,” ujarnya.
Ia mendesak aparat keamanan dan pemerintah bertindak tegas sebelum terjadi musibah. “Jangan tunggu ada korban dulu baru bergerak. Kalau kebakaran, bukan hanya rumah yang habis, nyawa kami juga terancam,” tegas Bur.
Sementara, salah satu sopir yang berhasil ditemui, IM (43), yang memasok bahan baku minyak dari Sungai Angit, Muara Enim, mengungkapkan modus operandi gudang ini. Menurutnya, pasokan minyak didistribusikan melalui sistem pertukaran dengan truk-truk bermerek “Merah Putih”.
“Kalau mereka turunkan 4 ton minyak, kami masukkan 4 ton dari kami. Satu kali transaksi, saya bisa dapat untung Rp8,5 juta,” jelas IM. Dalam sebulan, ia mengaku bisa mengirim sekitar 150 ton minyak, menunjukkan skala bisnis yang masif.
Minyak ilegal tersebut kemudian dikemas dalam wadah teflon kotak putih dan diangkut truk putih-biru berkapasitas 10-16 ton untuk disalurkan ke industri. Meski tak tahu pasti harga jualnya, IM memperkirakan harganya lebih tinggi dari pasaran sekitar Rp12.000–Rp15.000 per liter.
Dari perhitungan kasar, dengan rata-rata 15 truk per bulan (150 ton) dan harga jual minimal Rp12.000/liter, omset gudang ini bisa mencapai Rp 1,8 miliar per bulan atau Rp60 juta per hari. Angka ini belum termasuk keuntungan dari selisih harga dan distribusi ke industri.
Yang lebih mengkhawatirkan, aktivitas ini diduga melibatkan koordinasi rapi antara pemasok, sopir, dan pengelola gudang. “Kami hanya ikut arahan bos. Kalau ada instruksi dari gudang, kami penuhi,” kata IM, yang mengaku tetap was-was meski terpaksa melanjutkan demi kebutuhan ekonomi.
Warga dan pengamat mendesak aparat menindak tegas gudang ilegal ini sebelum terjadi bencana. “Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi bahaya laten bagi keselamatan masyarakat,” tegas seorang aktivis lingkungan setempat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari kepolisian atau pemerintah daerah. Namun, tekanan publik terus menguat agar kasus ini tidak lagi diabaikan.







Komentar